Recent Posts

    Asal Usul Cerita Pancuran Tujuh Baturraden



    Pancuran Tujuh Baturraden merupakan salah satu destinasi wisata alam di Kabupaten Banyumas yang terkenal dengan sumber air panasnya. Terletak di kaki Gunung Slamet dan merupakan salah satu wisata paling ujung utara maupun barat di Kecamatan Baturraden.'

    Wisata air panas ini dikelola oleh PT PALAWI (Perhutani Alam Wisata) Baturraden yang merupakan anak perusahaan dari Perum Perhutani yang didirikan pada tahun 2002.

    Letaknya yang di tengah hutan yang dikelilingi banyak pepohonan damar dan pinus membuat udara wisata ini akan semakin sejuk, rindang dan pemandangan yang indah untuk dinikmati.

    Akan tetapi dibalik keindahan dan kesejukan tersebut pancuran tujuh ternyata menyimpan sebuah cerita yang dapat menggambarkan bagaimana awal mula pancuran yang berjejer hingga tujuh itu ada.

    Alkisah salah seorang bernama Syehk Maulana Maghribi dan satu pengikutnya yaitu Haji Datuk yang merupakan kelompok pengembara dan penyebar agama islam.

    Waktu pagi hari ketika mereka berdua sedang berlayar terlihat sebuah cahaya misterius dari arah barat. Hal tersebut lantas membuat penasaran dan rasa ingin taunya menjadikan niat untuk mengetahui hingga ingin menemukan asal sumber dari mana cahaya tersebut muncul.

    Sekian lama terombang ambil ditengah lautan mengikuti cahaya tersebut akhirnya sampailah kapal yang dinaiki Syehk Maulana Maghribi dan Haji Datuk menepi di Pantai Gresik, Jawa Timur.

    Akan tetapi cahaya tersebut masih terlihat cukup jauh yang nampak dari sebelah barat, dan akhirnya mereka memutuskan kembali untuk melanjutkan perjalanan berlayar mereka hingga menepi di Pantai Pemalang, Jawa Tengah.

    Setelah mendarat di Pantai Pemalang, kemudian perjalanan pencarian cahaya tersebut dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju ke arah selatan. Akan tetapi di tengah perjalanan Syekh Maulana Maghribi menderita sakit kulit yang mengakibatkan gatal-gatal di seluruh tubuh.

    Perjalanan tetap dilanjutkan walaupun kondisi tubuhnya yang sakit, beberapa cara juga telah dicoba demi kesembuhan beliau namun apadaya penyakit tersebut masih sulit untuk dapat disembuhkan.

    Pada suatu malam Syekh Maulana Maghribi bermimpi dan mendapat sebuah petunjuk bahwa beliau harus pergi menuju ke Gunung Gora. Maka dengan petunjuk tersebutlah beliau langsung mencari dimana Gunung itu dengan mencari sumber informasi dari masyarakat setempat.

    Hingga pada akhirnya sampailah Syehk Maulana Maghribi dan Haji Datuk di Gunung Gora, sesampainya di tempat tersebut beliau masih bertanya-tanya dan mencari petunjuk lagi kenapa harus datang kemari.

    Setelah berjalan cukup jauh di tengah hutan beliau memutuskan untuk beristirahat sejenak untuk mengurangi rasa lelah, dan pada saat itu juga terlihatlah kepulan asap di tengah lebatnya semak belukar.

    Rasa penasaran itupun seolah muncul dan ingin langsung mendatanginya. Setelah sampai pada lokasi asap tersebut, ternyata tempat yang mengeluarkan asap merupakan sebuah sumber air panas yang di sekelilingnya juga banyak belerangnya.

    Karena badannya sudah sangat kotor akibat perjalanan yang panjang, maka beliau mencoba memanfaatkan air panas tersebut untuk mandi, dan tanpa sengaja setelah beliau mandi tubuh yang sakit gatal perlahan mulai membaik.

    Hingga pada akhirnya Syehk Maulana Maghribi dan Haji Datuk memutuskan untuk tinggal sementara waktu di samping sumber air panas tersebut guna untuk menyembuhkan penyakit kulitnya.

    Untuk mempermudah proses pengambilan air panas tersebut, Syehk Maulana Maghribi mencoba untuk membuat pancuran dari lubang-lubang yang telah terbentuk secara alami yang berjumlah tujuh yang sekarang dikenal dengan Pancuran Tujuh.

    Dari ketujuh pancuran tersebutlah beliau mandi secara berurutan dari pancuran satu sampai ke yang lainnya secara teratur hingga penyakitnya hilang dan sembuh secara total.

    Saat menginap di sumber air panas Syehk Maulana Maghribi, membuat pondok di sebuah batu besar yang rata gunanya sebagai tempat bertapa dan menginap tepatnya di sebelah utara pancuran tersebut yang sekarang diberi nama petilasan Mbah Atas Angin.

    Selain sumber air panas, Syehk Maulana Maghribi juga memanfaatkan sumber air dingin yang berada di Goa Sorobadak yang merupakan sumber mata air yang digunakan untuk keperluan minum sehari-hari.

    Goa Sorobadak terletak di sebelah selatan tepatnya dikawasan tebing belerang, di goa tersebut merupakan tempat dimana bertemunya antara air panas dan air dingin.

    Namun sangat disayangkan sekali kondisi tanahnya saat ini yang labil membuat akses menuju goa tersebut tidak bisa di jangkau karena mudah longsor.

    0 Response to "Asal Usul Cerita Pancuran Tujuh Baturraden"

    Post a Comment

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Script

    Iklan Bawah Artikel