Asal Usul Cerita Pancuran Tujuh Baturraden
Friday, April 17, 2020
Add Comment
Pancuran Tujuh Baturraden merupakan salah satu
destinasi wisata alam di Kabupaten Banyumas yang terkenal dengan sumber air
panasnya. Terletak di kaki Gunung Slamet dan merupakan salah satu wisata paling
ujung utara maupun barat di Kecamatan Baturraden.'
Wisata air panas ini dikelola oleh PT PALAWI
(Perhutani Alam Wisata) Baturraden yang merupakan anak perusahaan dari Perum
Perhutani yang didirikan pada tahun 2002.
Letaknya yang di tengah hutan yang dikelilingi banyak
pepohonan damar dan pinus membuat udara wisata ini akan semakin sejuk, rindang
dan pemandangan yang indah untuk dinikmati.
Akan tetapi dibalik keindahan dan kesejukan tersebut
pancuran tujuh ternyata menyimpan sebuah cerita yang dapat menggambarkan
bagaimana awal mula pancuran yang berjejer hingga tujuh itu ada.
Alkisah salah seorang bernama Syehk Maulana Maghribi
dan satu pengikutnya yaitu Haji Datuk yang merupakan kelompok pengembara dan
penyebar agama islam.
Waktu pagi hari ketika mereka berdua sedang berlayar
terlihat sebuah cahaya misterius dari arah barat. Hal tersebut lantas membuat
penasaran dan rasa ingin taunya menjadikan niat untuk mengetahui hingga ingin
menemukan asal sumber dari mana cahaya tersebut muncul.
Sekian lama terombang ambil ditengah lautan mengikuti
cahaya tersebut akhirnya sampailah kapal yang dinaiki Syehk Maulana Maghribi
dan Haji Datuk menepi di Pantai Gresik, Jawa Timur.
Akan tetapi cahaya tersebut masih terlihat cukup jauh
yang nampak dari sebelah barat, dan akhirnya mereka memutuskan kembali untuk
melanjutkan perjalanan berlayar mereka hingga menepi di Pantai Pemalang, Jawa
Tengah.
Setelah mendarat di Pantai Pemalang, kemudian
perjalanan pencarian cahaya tersebut dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju ke
arah selatan. Akan tetapi di tengah perjalanan Syekh Maulana Maghribi menderita
sakit kulit yang mengakibatkan gatal-gatal di seluruh tubuh.
Perjalanan tetap dilanjutkan walaupun kondisi tubuhnya
yang sakit, beberapa cara juga telah dicoba demi kesembuhan beliau namun
apadaya penyakit tersebut masih sulit untuk dapat disembuhkan.
Pada suatu malam Syekh Maulana Maghribi bermimpi dan
mendapat sebuah petunjuk bahwa beliau harus pergi menuju ke Gunung Gora. Maka
dengan petunjuk tersebutlah beliau langsung mencari dimana Gunung itu dengan
mencari sumber informasi dari masyarakat setempat.
Hingga pada akhirnya sampailah Syehk Maulana Maghribi
dan Haji Datuk di Gunung Gora, sesampainya di tempat tersebut beliau masih
bertanya-tanya dan mencari petunjuk lagi kenapa harus datang kemari.
Setelah berjalan cukup jauh di tengah hutan beliau
memutuskan untuk beristirahat sejenak untuk mengurangi rasa lelah, dan pada
saat itu juga terlihatlah kepulan asap di tengah lebatnya semak belukar.
Rasa penasaran itupun seolah muncul dan ingin langsung
mendatanginya. Setelah sampai pada lokasi asap tersebut, ternyata tempat yang
mengeluarkan asap merupakan sebuah sumber air panas yang di sekelilingnya juga
banyak belerangnya.
Karena badannya sudah sangat kotor akibat perjalanan
yang panjang, maka beliau mencoba memanfaatkan air panas tersebut untuk mandi,
dan tanpa sengaja setelah beliau mandi tubuh yang sakit gatal perlahan mulai
membaik.
Hingga pada akhirnya Syehk Maulana Maghribi dan Haji
Datuk memutuskan untuk tinggal sementara waktu di samping sumber air panas
tersebut guna untuk menyembuhkan penyakit kulitnya.
Untuk mempermudah proses pengambilan air panas
tersebut, Syehk Maulana Maghribi mencoba untuk membuat pancuran dari
lubang-lubang yang telah terbentuk secara alami yang berjumlah tujuh yang
sekarang dikenal dengan Pancuran Tujuh.
Dari ketujuh pancuran tersebutlah beliau mandi secara
berurutan dari pancuran satu sampai ke yang lainnya secara teratur hingga
penyakitnya hilang dan sembuh secara total.
Saat menginap di sumber air panas Syehk Maulana
Maghribi, membuat pondok di sebuah batu besar yang rata gunanya sebagai tempat
bertapa dan menginap tepatnya di sebelah utara pancuran tersebut yang sekarang
diberi nama petilasan Mbah Atas Angin.
Selain sumber air panas, Syehk Maulana Maghribi juga
memanfaatkan sumber air dingin yang berada di Goa Sorobadak yang merupakan
sumber mata air yang digunakan untuk keperluan minum sehari-hari.
Goa Sorobadak terletak di sebelah selatan tepatnya
dikawasan tebing belerang, di goa tersebut merupakan tempat dimana bertemunya
antara air panas dan air dingin.
Namun sangat disayangkan sekali kondisi tanahnya saat ini yang
labil membuat akses menuju goa tersebut tidak bisa di jangkau karena mudah
longsor.
0 Response to "Asal Usul Cerita Pancuran Tujuh Baturraden"
Post a Comment